Cerita Perangkap Tikus

(dikutip dari emel sebaran)

Sepasang petani, suami isteri pulang ke rumah dari pasar. Ketika mereka membuka barang belanja, seekor tikus memerhatikan gelagat mereka sambil menggumam, "Hmmm... Makanan apa lagi mereka bawa kali ini?" Ternyata, hari ini petani membawa pulang perangkap tikus.

Sang Tikus cemas bukan kepalang. Ia bergegas berlarian ke reban dan bertempik, "Ada perangkap tikus di rumah... Di rumah sekarang ada perangkap tikus..."

Ia pun mengadu kepada ayam dan berteriak, "Ada perangkap tikus!"

Sang Ayam berkata, "Tuan Tikus! Aku turut bersedih tapi ia tiada kena-mengena dengan aku."

Sang Tikus lalu pergi menemui Sang Kambing sambil berteriak seperti tadi. Sang Kambing pun jawab selamba, "Aku pun turut bersimpati... Tapi tidak ada yang boleh aku buat. Lagi pun tak ada kena-mengena dengan aku."

Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban yang sama. "Maafkan aku. Tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali. Takkanlah sebesar aku ni boleh masuk perangkap tikus."

Dengan rasa kecewa ia pun berlari ke hutan lantas menemui Ular. Sang ular berkata, "Eleh engkau ni... Perangkap Tikus yang sekecil itu tak layak membahayakan aku."

Akhirnya Sang Tikus kembali kerumah dengan pasrah kerana mengetahui ia akan menghadapi bahaya seorang diri.

Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar bunyi berdetak. Perangkap tikusnya sudah mengena. Ternyata seekor ular berbisa yang jadi mangsa. Ekor ular itu tersepit, membuat ia semakin ganas dan menyerang isteri pemilik rumah. Walaupun Si Suami sempat membunuh ular berbisa tersebut, isterinya cedera teruk.

Si Suami pun membawa isterinya ke hospital. Beberapa hari kemudian isterinya sudah boleh pulang namun masih demam. Isterinya lalu meminta dibuatkan sup cakar ayam untuk mengurangkan demam. Tanpa berfikir panjang Si Suami pun segera menyembelih ayam dan mereneh sup cakar ayam. Pun begitu, sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman menyarankan agar memakan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya dan memasak hati kambing untuk isterinya. Masih juga isterinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya meninggal dunia. Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un...

Banyak sungguh orang datang melawat jenazahnya. Kerana rasa sayang suami pada isterinya, tak sampai hati pula dia melihat orang ramai tidak dijamu apa-apa. Tanpa berlengah dia pun menyembelih sapinya untuk orang-orang yang berziarah.

Dari kejauhan... Sang Tikus menatap dengan penuh kesayuan.

Beberapa hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi.

Suatu hari, ketika anda mendengar seseorang dalam kesusahan dan menyangka itu bukan urusan anda, fikirkanlah sekali lagi.

(untuk amirul; selamat hari lahir, tabahlah menempuh hari-hari mendatang)